“Situs judi online adalah bisnis beresiko dan keuntungannya tinggi. Jelas bukan bisnis untuk pengusaha bermental lemah.” Ujarnya. Anak muda ini putus kuliah, meninggalkan Jakarta, menjalankan bisnis judi dari perbatasan Kamboja lalu ke Filipina. Berikut alasannya mengambil risiko pada VICE Indonesia.
Saat ini, rasanya mutahil membayangkan perjudian pernah
benar-benar legal di Indonesia. Faktanya, mantan gubernur Jakarat Ali Sadikin
menggunakan pajak pendapatan kasino (rata-rata di kawasan Ancol), mesin judi,
dan lotre untuk membiayai pembangunan infrasruktur Jakarta awal dekade 70-an.
Ali Sadikin memang dikenal berkat obsesinya mewujudkan Jakarta sebagai kota
yang sepenuhnya modern. Sebegitu terobsesinya, menurut beberapa desas-desus,
Ali sampai melarang becak dari jalanan Jakarta dan mengumpulkan semua kendaraan
roda tiga itu, lantas membuangnya ke perairan Teluk Jakarta.
Pengganti Ali Sadikin, Gubernur Soeprapto, punya pikiran
yang berbeda soal judi. Dia memerintah Ibu Kota selama kurun 1982 sampai 1987.
Sejak era Soeprapto, judi sepenuhnya dilarang. Di dekade 90-an, Presiden
Soeharto, di bawah tekanan kelompok Islam yang tengah gencar melakukan
mobilisasi mengganyang semua praktik haram, menyatakan semua jenis perjudian
ilegal di wilayah Indonesia.
Larangan ini rupanya tak serta merta menghentikan roda
industri perjudian Tanah Air. Kasino Indonesia pindah ke luar negeri, bergeser
dari Jakarta ke kota perbatasan di Kamboja dan kota-kota di Filipina. Yang
menarik, kebanyakan pekerja di kasino-kasino itu adalah penduduk Malaysia dan
Indonesia—dua negara yang sebetulnya mengharamkan perjudian.
Dengan memindahkan operasi ke luar negeri, mantan raja-raja kasino lokal dari
Jakarta tetap leluasa menjalankan bisnis sembari terus mematuhi hukum negara
setempat. Di Kamboja, perjudian adalah bisnis legal. Usaha perjudian dibackingi
para taipan judi berkantong tebal asal Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Jika
ditilik lebih lanjut, pemilik kasino-kasino ini sebenarnya masih berasal dari
Indonesia dan Malaysia. Mereka memindahkan kerajaan bisnisnya dari Indonesia ke
wilayah yang lebih longgar mengatur perjudian.
VICE berhasil menghubungi seorang lelaki berumur 27 asal
Jakarta yang rela pindah ke luar negeri demi mengejar mimpinya berkecimpung di
bisnis perjudian. Dia memulai bisnisnya di kota perbatasan di Kamboja, Bavet,
sebelum kemudian memindahkan kerajaan kecil bisnisnya ke Ibu Kota Manila,
Filipina. Dia merasa Manila adalah kota dengan infrastruktur yang jauh lebih
baik, meski risiko bisnisnya sebagai judi online lintas negara membuatnya bisa
menjadi incaran aparat hukum ASEAN kapanpun. Tentu saja, lelaki muda ini
menolak membeberkan identitasnya secara lengkap atas alasan keamanan. Karena
itu dalam wawancara ini, kami hanya menuliskan “A.D.” sebagai
inisialnya.
Gimana awal mulanya kamu bisa menggeluti judi online?
Sejak kecil aku punya cita-cita berkecimpung di
dunia judi. Judi itu permainan yang membutuhkan keberanian, strategi, sekaligus
hoki. Dengan ikut serta meluaskan arena judi, aku merasa mimpiku terpenuhi.
Pamanku punya pengalaman panjang sebagai pemain dan bandar kecil-kecilan. Aku
melihat ada ruang untuk mengembangkan apa yang sudah dilakukan paman. Jadi, aku
kemudian menghubungi beberapa teman yang mau pete-pete, mengumpulkan
modal untuk membuka judi. Kami akhirnya mendekati seorang pemilik perusahaan
besar lewat koneksi pamanku dan mendaftarkan diri sebagai agen mereka.
Sekarang, sebagai agen yang sudah terverifikasi, kami bisa
membawa masuk produk “white-label” dari beragam perusahaan besar.
Misalnya, Playtech dari Europe, OGCasino dari Cina, IDNPoker dari Indonesia,
dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan besar ini menyediakan infrastruktur dan
mendapatkan bagian 20 persen dari keuntungan atau kerugian. Perusahaan kami
mendapatkan 80 persen sisanya. Kamilah yang membayar biaya maintenance, ongkos
sewa, gaji karyawan, pajak, dan pengeluaran lainnya.
Gimana rasanya hidup sebagai bandar judi online?
Hidupku penuh peluang dan petualangan. Kami mulai
beroperasi dari Bavet. Aturan tentang perjudian di sana masih belum begitu
jelas. Ada banyak mal dan kasino yang dimiliki oleh purnawirawan jenderal
militer Kamboja. Beberapa ruangan dalam mal dan kasino ini disewakan pada
pengelola judi online. Kami dianggap sebagai bagian dari operasi kasino. Jadi,
kami tinggal bayar sewa saja. Kami tak perlu bayar pajak. Ongkos pengelolaan
judi online dari Bavet tergolong murah. Kami tinggal jalan kaki saban pergi ke
kantor. Makan termasuk dalam ongkos operasional. Kalau dihitung-hitung,
menjalankan bisnis perjudian dari Bavet jauh lebih murah daripada dari Jakarta.
Tapi, pasar kami tetap di Indonesia.
Hidup di kota perbatasan bisa sangat menantang. Selain
kasino, hampir tak ada apa-apa lainnya, Bavet adalah kota yang tertinggal.
Hiburan yang tersedia di sana hanya alkohol dan karaoke. Bisnis obat-obatan
terlarang dan prostitusi juga bisa ditemui di sana, jadi kamu bisa mendapatkan
keduanya dengan mudah. Tapi, pusat perbelanjaan, restoran, dan tempat hiburan
malam sangat terbatas atau hampir nihil. Kadang, kehidupan di Bavet sangat
membosankan.
Lalu, kami memutuskan untuk pindah ke Ibu Kota Manila, yang
lebih menyenangkan karena sama kosmopolitannya seperti Jakarta. Sayangnya,
karena semuanya legal, kami harus bayar pajak sebesar 2 persen ke pemerintah
Filipina. Di samping itu, halangan bahasa bikin lingkaran pergaulanku
menyempit. Aku kangen teman-teman dan pacarku di Jakarta.
Sebagai bandar judi yang pasti punya risiko kerja,
bagaimana caramu menyeimbangkan kerja dan kehidupan pribadi?
Sebenarnya, kita bisa mendapatkan uang lebih banyak
dengan jam kerja yang lebih singkat daripada jam kantor standar (jam 9 pagi
sampai jam 5 sore). Aku harus tinggal di Bavet dan sekarang di Manila karena
perusahaanku masih baru. Aku harus datang ke kantor saban hari untuk mengelola
perusahaanku dan memantau staf. Suatu saat aku berharap bisa pelan-pelan lebih
lepas tangan. Harapanku, aku bisa dapat pendapatan pasif dari bisnisku ini.
Sekarangpun aku bisa pulang ke Jakarta atau pergi ke tempat lain, kapanpun aku
mau. Enggak ada jam kerja yang pasti di kantorku. Lagipula, karena lingkungan
pergaulanku masih kecil, aku jarang foya-foya. Sebagian besar pendapatanku masuk
tabungan atau investasi untuk bisnis lain.
Bisnis lain macam apa kalau boleh tahu?
Bitcoin mungkin atau apapun yang baru atau belum
begitu diatur. Bisnis seperti punya margin keuntungan yang besar. Aku senang
berjalan-jalan dan memperluas wawasanku, jadi keuntungan usahaku aku simpan
untuk investasi masa depan.
Bagaimana tanggapan keluargamu atas pilihan karir jadi
bos judi online? Apakah mereka marah saat tahu kamu harus ke luar negeri karena
cuma di sana bisnis ini legal?
Orang tuaku sangat mendukung apa yang aku lakukan.
Ayahku pernah bekerja di pabrik paku jadi dia paham sekali susahnya mencari
nafkah di Jakarta. Ibuku tak begitu peduli (aku jadi bos judi online) selama
aku tak bikin masalah. Teman-temanku? Mereka tak peduli. Ada sih beberapa yang agak
kepo orangnya.
Tapi, aku susah menemukan pasangan yang mau menerimaku dan
pekerjaan macam begini. Untungnya, aku sudah punya pacar sekarang.
Kenapa muncul kesan mayoritas orang yang menggeluti
bisnis ini dari etnis Tionghoa?
Ya begitulah, ada semacam stereotipe yang
mengatakan bahwa etnis Cina adalah pekerja keras. Karena kedekatan etnis
inilah, kami sering dapat izin untuk membuka bisnis….tapi aku melihat bisnis
judi online kian berubah dengan masuknya generasi milenial yang cenderung tak
begitu rasis. Sebagian besar stafku di Manila adalah orang Indonesia beragama
Islam. Mereka bekerja sama kerasanya dan aku sangat mempercayai mereka. Banyak
pemain judi online yang namanya muslim kok.
Masihkah ada peluang bagi pemain baru untuk masuk ke
bisnis judi online?
Ada semacam hierarki yang susah diruntuhkan dan
susah sekali bersaing dengan pemain lama yang namanya sudah kadung terkenal di
industri judi online. Jadi memang ada batasannya. Yang lebih gampang adalah
menjadi agen perusahaan besar ini dan memasarkan produk mereka. Pemain baru tak
mungkin bisa mengubah kondisi industri judi online yang ada meski menawarkan
inovasi baru. Patut diingat, meski cuma jadi agen, kamu bisa dapat keuntungan
besar yang bisa kamu investasikan ke bisnis lain.
Tentu saja, di balik penghasilan besar, ada banyak
risiko dari usaha judi. Apa saja yang paling kentara?
Paling berurusan sama polisi. Meski kami beroperasi
di tempat yang legal, kami masih tetap warga negara Indonesia dan basis
konsumen kami dari Indonesia. Jadi, selalu ada alasan bagi polisi menahan atau
setidaknya menyelidiki bisnis kami. Aku sih sampai sekarang belum pernah
berurusan dengan polisi, tapi beberapa orang dari perusahaan sebelah di Manila
ditangkap ketika balik ke Indonesia.
Biasanya, pengusaha judi online membayar beberapa ratus
juta rupiah ke polisi sebagai “uang keamanan.” Beberapa perusahaan
besar malah berani bayar sampai miliaran rupiah. Tapi karena perusahaanku masih
kecil, kami merasa uang keamanan kayak gitu cuma buang-buang duit. Lagipula,
kalau kami bayar uang keamanan, tetap enggak ada jaminan usaha kami aman.
Bisnis judi begini bisa bertahan lama ga sih?
Aku suka risiko dan tantangan bisnis ini, mungkin
karena aku masih muda. Sekarang sih, aku ingin menghasilkan keuntungan sebanyak
mungkin, menyimpannya, dan menamankannya di bisnis lainnnya. Misalnya saham
atau properti. Mungkin nanti, aku bakal menemukan cara untuk mencapai kebebasan
finansial lewat cara yang lebih bersih.
Beberapa bandar judi besar sudah sampai di titik ini, tapi
mereka masih mau mengembangkan diri dan terlibat langsung dalam operasi judi
online. Mungkin, mereka terlanjur ketagihan dengan resiko dan tantangan dari
bisnis judi.
Pernah
menyesali karirmu sebagai bandar judi online yang rentan jadi buruan aparat?
Aku enggak suka hidup penuh penyesalan, jadi aku enggak menyesal sama
sekali. Kalaupun aku merasa menyesal, aku cepat move on dan tak terlalu
banyak memikirkannya. Kadang aku sering berpikir seperti apa hidupku di Jakarta
seandainya dulu lulus kuliah dan memilih pekerjaan normal. Yang jelas hidupku
akan sangat berbeda. Enggak harus lebih baik juga, tapi yang jelas beda. Judi
online adalah bisnis beresiko dan keuntungannya tinggi. Jelas bukan bisnis
untuk pengusaha bermental lemah.